I.
Pendahuluan
Lempung sebagian besar terdiri dari partikel
mikroskopis dan submikroskopis yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan
merupakan partikel-partikel mika, mineral lempung, dan mineral-mineral lain
yang sangat halus. Lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang
mempunyai ukuran kurang dari 2 mikron (Das, 1985). Pada beberapa kasus,
partikel berukuran antara 2 µm sampai 5µm masih digolongkan sebagai partikel
lempunmg (ASTM D-65). Pada kondisi ini tanahdiklasifikasikan sebagai lempung
hanya didasarkan ukuran saja belumtentu dengan ukuran partikel lempung tersebut
mengandung mineral lempung. Jika ditinjau dari segi mineral, tanah lempung mempunyai partikel tertentu
yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air
(Grim, 1953 dalam Das, 1985). Jadi, dari segi mineral, tanah dapat juga disebut
tanah bukan lempung (non clay soil) meskipun terdiri dari partikel-partikel
yang sangat kecil. Dari segi ukuran partikel tersebut memang dapat digolongkan
sebagai partikel lempung. Untuk itu, akan lebih tepat bila partikel tanah yang
berukuran < 2 µm atau 5µm menurut system klasifikasi yang disebut sebagai
partikel berukuran lempung daripada sebagai lempung saja. Menurut Chen, 1975
klasifikasi partikel didasarkan pada diameter efektif lebih kecil dari 2 µm dan
perlu dilihat pula mineral yang terkandung dalam tanah. Tanah lempung adalah
tanah yang mempunyai potensi kembang susut tinggi dan mempunyai daya dukung
yang baik pada kondisi tidak jenuh air tetapi jelek pada kondisi jenuh air.
Tanah dengan kandungan montmorillonite
mem punyai luas permukaan lebih besar (Chen, 1975)
II.
Analisis Perilaku Tanah
Untuk analisis perilaku tanah perlu diketahui
faktor-faktor yang berpengaruh dalam sifat-sifat tanah. Faktor yang
mempengaruhi sifat tanah dibedakan menjadi dua, yaitu faktor komposisi tanah
dan pengaruh lingkungan (Suharjito, 1989 dalam Supriyono, 1997). Faktor
komposisi tanah dapat diketahui dengan percobaan di laboratorium pada kondisi
tanah terganggu, pengujian dilakukan untuk mengetahui tipe mineralogi, jumlah
masing-masing mineral, luas permukaan, distribusi ukuran partikel, sedangkan
pengaruh lingkungan dengan pengujian laboratorium meliputi uji batas
konsistensi, kadar air, dan berat isi.
Tanah merupakan salah satu bahan konstruksi yang
langsung tersedia di alam. Jika bahan tersebut langsung digunakan akan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Bendungan urugan, tanggul sungai, dan
timbunan badan jalan merupakan contoh pemakaian bahan konstruksi. Tanah yang
digunakan untuk konstruksi harusmelalui proses pengendalian mutu. Jika tanah
yang ada di alam bersifat sangat lepas atau sangat lunak atau mempunyai indeks
konsistensi yang terlalu tinggi sehingga tidak sesuai dengan persyaratan teknis
maka tanah tersebut perlu stabilisasi. Stabilisasi dapat dilakukan dengan
meningkatkan kerapatan tanah sehingga nilai kohesi tanah atau sudut geser
meningkat, menambah bahan yang menyebabkan perubahan kimiawi atau fisis tanah,
dan menurunkan muka air tanah. Salah satu usaha stabilisasi tanah yang biasa
dilakukan pada tanah berbutir halus dengan menambah bahan kimia pada tanah
sehingga terjadi reaksi kimia yang mengakibatkan ikatan antara butir-butir tanah
tersebut menjadi kompak. Bahan yang biasa digunakan adalah semen, kapur, abu
terbang, dan bubuk batu bata (Bowles, 1993 dalam Tri Utomo, 1996). Menurut Tri
Utomo (1996) penambahan abu terbang dan geosta dapat menaikan kepadatan kering
maksimum dan menurunkan kadar air optimum, menurunkan batas cair, menaikan
batas plastis, dan menurunkan indeks plastisitas. Penambahan abu sekam padi dan
kapur juga dapat meningkatkan nilai sudut geser dalam tanah (Suryolelono,
1999).
Penambahan bahan campuran untuk stabilisasi tanah oleh
beberapa peneliti bervariasi antara 2% - 20%. Penambahan 13% abu terbang dan
geosta 1% s/d 15% juga dapat menaikan nilai CBR dan menurunkan pengembangan,
sedangkan penambahan abu sekam padi dan kapur 10% juga dapat meningkatkan nilai
sudut geser dalam tanah lempung (Suryolelono, 1999).
III.
Kapur
Kapur dikenal sebagai bahan yang memiliki fungsi
sebagai bahan ikat dalam pembuatan dinding dan pilar. Sifat-sifat kapur adalah
tidak getas, mudah dan cepat mengeras, workability
baik dan mempunyai daya ikat untuk batu atau bata (Tjokrodimulyo, 1992).
Bahan dasar kapur adalah batu kapur atau dolomit, yang mengandung senyawa
kalsium karbonat (CaCO3). Kapur berasal dari bahan alam, umumnya
tidak terdapat dalam keadaan yang murni, tetapi sedikit atau banyak tercampur
dengan bahan lain. Kapur dibedakan menurut kadar bahanyang mengotori dikenal
dengan
a)
kapur berkadar kalsium tinggi yaitu kapur yangkadar CaO-nya
lebih dari 95%,
b)
kapur magnesia, yaitu kapur yang mengandung MgO lebih dari 5%
, bila kadar MgO melebihi 20% maka disebut dolomite, dan
c)
kapur hidrolis ialah kapur yang mengandung oksida-oksida tanah
(Al2O3,SiO2, Fe2O3).
Mineral kapur bisa berupa kalsium hidroksida, kalsium oksida dankalsium
karbonat. Kapur dapat menimbulkan reaksi kimia dengan tanah lempung. Menurut
Ingles, 1972 bahan yang digunakan untuk stabilisasi tanah lempung disarankan
spesifikasi bahan kapur
Tabel
Spesifikasi Keperluan Kapur
Jenis Bahan Kapur Kering (CaO) Kapur Cair (Ca(OH)2)
d) Calsium dan Magnesium Oksida ≥ 92% ≥ 95%
e) Carbon
dioxides-at kiln ≤ 3% ≤
5%
f) Carbon
dioxides-at elsewhere ≤ 10% ≥
7%
|
![]() |

Kalsium hidroksida jika digunakan untuk stabilisasi
disarankan berupa bubuk karena sangat penting untuk proses hidrasi dan dapat
mengurangi masalah yang timbul. Kalsium hidroksida lebih banyak digunakan dalam
proses stabilisasi, meskipun kalsium oksida lebih efektif dapat dapat
menyelesaikan masalah, tetapi masih banyak kelemahan pada kalsium oksida, yaitu
mempermudah timbulnya korosi pada peralatan dan bahaya pada pekerja.
IV.
Kuat Dukung Tanah
Sifat-sifat tanah di lapangan tidak selalu memenuhi
harapan dalam perencanaan konstruksi, apabila dijumpai tanah yang sifatnya
jelek, maka tanah tersebut harus diperbaiki agar memenuhi persyaratan teknis.
Metode perbaikan yang banyak digunakan adalah stabilisasi mekanis dan
stabilisasi kimiawi. Stabilisasi mekanis yaitu menambah kekuatan dan kuat
dukung tanah dengan cara perbaikan struktur dan perbaikan sifat-sifat mekanis
tanah, sedangkan stabilisasi kimiawi yaitu menambah kekuatan dan kuat dukung
tanah dengan jalan mengurangi atau menghilangkan sifat-sifat teknis tanah yang
kurang menguntungkan dengan cara mencampur tanah dengan bahan kimia, seperti
semen, kapur, dan pozolan. Stabilisasi dengan semen cocok untuk tanah yang
tidak kohesif, yaitu tanah berpasir atau kerikil yang mengandung sedikit
tanahberbutir halus, sedangkan kapur dan pozolan cocok untuk tanah kohesif
(Sudarmo dan Purnomo, 1997 dalam Wiqoyah, 2002). Kapur yang biasa digunakan
dalam stabilisasi tanah adalah kapur hidup (CaO) maupun kapur padam (Ca(OH)2)
yang merupakan produk pembakaran batu kapur. Damoerin dan Virisdiyanto, (1999),
meneliti tentang stabilisasi tanah lempung ekspansif dan pasir dengan
menambahkan semen atau kapur. Dari penelitian dihasilkan bahwa penambahan pasir
dengan semen atau kapur pada tanah asli menunjukkan adanya perubahan
sifat-sifat fisis dan teknis berupa penurunan indeks plastisitas, potensi, dan
tekanan swelling, meningkatkan nilai
CBR dan kuat tekan bebas. Kadar campuran yang optimum pada persentase 5% pasir
+ 5% semen + 55 pasir + 10% kapur.
Tujuan pemadatan adalah mempertinggi kuat geser tanah,
mengurangi sifat mudah mampat (compresibilitas),
mengurangi permeabilitas, dan mengurangi perubahan volume sebagai akibat
perubahan kadar air dan lain-lain. Pemadatan tanah lempung secara benar akan
memberikan kuat geser yang tinggi, sedangkan stabilitas terhadap kembang susut
tergantung dari jenis kandungan mineralnya. Tingkat kepadatan tanah diukur
dengan berat volume kering tanah yang dipadatkan, jika ditambahkan pada tanah
yang dipadatkan air akan berfungsi sebagai pelumas pada partikeltanah. Adanya
air pada partikel tanah akan lebih mudah bergerak dan bergeser satu sama lain
dan membentuk kedudukan yang lebih rapat atau padat. Karakteristik kepadatan
tanah dinilai dai uji standar laboratorium yang disebut dengan uji proctor. Pemadatan menghasilkan kurva
hubungan antara kadar air dengan berat volume kering tanah. Kurva menunjukan
nilai kadar air optimum untuk mencapai berat volume kering maksimum atau
kepadatan maksimum. Derajat kepadatan tanah diukur dari berat volume kering.
Hubungan berat volume kering (γd )
dengan berat volume basah (γb )
dan kadar air (w) dinyatakan pada persamaan 1.
γ b
γd = ………………. (1)

+w
dengan
:
γb
: berat volume tanah basah (kg/cm3)
γd : berat volume tanah kering (kg/cm3)
w : kadar air (%)
V.
Kuat Geser
Kuat geser tanah adalah perlawanan yang dilakukan oleh
butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan persatuan luas terhadap
keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah yang di maksud
(Haryanto, 1994). Jika tanah mengalami pembebanan, maka akan ditahan oleh :
a)
Kohesi tanah yang tergantung dari jenis tanah dan
kepadatannya tetapi tidak tergantung dari tegangan normal yang bekerja pada
bidang geser
b)
Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding
lurus dengan tegangan normal pada bidang gesernya. Mohr (1910) dalam Das (1994)
memberikan persamaan:
τ= f (σ)…………………..(2)
Coulomb
(1976) dalam Das (1994) memberikan persamaan untuk kuat geser adalah
f (σ) = c +σtgψ………………..(3)
sehingga
persamaan menjadi
τ= c +σtgψ ………………..(4)
dengan
:
τ : kuat geser tanah (ton/m2)
c : kohesi tanah (ton/m2)
σ :
tegangan normal tanah (ton/m2)
ψ : sudut geser dalam ( ..o )
Persamaan
(4) disebut juga dengan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb.
California Bearing Ratio (CBR) didefinisikan sebagai
suatu perbandingan antara beban percobaan (test
load) dengan beban standar (standard load) dan dinyatakan dalam persen.
Hasil pengujian dapat diperoleh dengan mengukur besarnya beben pada penetrasi
tertentu. Penetrasi dapat dihitung menggunakan peresamaan 5 dan 6 yang
dikeluarkan oleh CaliforniaHighway Departement
dan US Army Corps of Engineers, 1929 dalam Rollings and Rollings, J.R
(1996).Penetrasi 0,1” (2,5 mm)
p 1
CBR= x100%
……….(5)

3x1000
Penetrasi
0,2” (5 mm) :
P 2
CBR= x100% …………….(6)

3x1500
Penambahan air dalam tanah berbutir halus akan
mengakibatkan terjadinya perubahan volume tanah. Nilai potensial pengembangan
yang terjadi dapat dihitung menggunakan persamaan 7.
S=(2,16x10-3)(PI)2,44
……………….(7)
dengan
:
S : potensial pengembangan (%)
PI : indeks plastisitas (%).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kuat
geser tanah dan nilai CBR tanah sehingga diperoleh gambaran terhadap perubahan
sifat fisis dan mekanis dari tanah campuran. Diharapkan Penelitian ini dapat
memberikan informasi bahwa limbah pembakaran batu bara dapat digunakan untuk
stabilisasi tanah sehingga tanah yang kurang mampu menahan beban dapat berubah
menjadi tanah yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Basudewa,
H.H, 1997, “Study Pengaruh
Campuran Limbah Electroplating dan Fly Ash Terhadap
Kuat Tekan Bebas pada Lempung Bandung”. Naskah Seminar Hasil Penelitian Tesis
Magister, Bidang
Pengutamaan
Sipil Program Pasca Sarjana ITB Bandung.
Chen, F.H, 1975. Foundation on Expansive Soil. New York:
Elsevier Science Publishing Company.
Damoerin, D dan Virisdiyanto,
1999. “Stabilisasi Tanah Lempung
Ekspansif dan Pasir dengan Penambahan Semen atau Kapur untuk Lapisan Badan Jalan”.
Prosiding Seminar Nasional
Geoteknik’99,halaman 1-10.
Das, B.M, 1994. Principle of Foundation Engineering. New
York: PWS-Kent Publishing Company.
Hardiyatmo,
H.C, 1994.Mekanika Tanah I & I.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Puataka Utama, Jakarta.
No comments:
Post a Comment